Membacakan dan Mendengarkan Jakarta

Lewat pembacaan bergilir cerpen-cerpen Pram—ditulis oleh sang sastrawan pada kisaran 1948-1956—itu, nuansa Jakarta di akhir tahun 40-an hingga awal 50-an seolah dihidupkan kembali. Tak jarang suasana kolonial Belanda serta imajinasi tentang Jakarta di awal era kemerdekaan Indonesia pun bermunculan dalam cerita yang dibacakan.